Phinisice.id, Jakarta —Agresi Rusia di Ukraina sendiri kini memasuki pekan ketiga sejak 24 Februari.Kepala Staf Kepresidenan Ukraina, Oleksiy Arestovich, memperkirakan perang Rusia vs Ukraina kemungkinan berakhir pada awal Mei.
Arestovich menyebut penyebab Rusia bakal setop menyerbu Ukraina pada awal Mei. Ia mengatakan Rusia akan kehabisan semua sumber daya untuk menyerang negara tetangganya itu.
“Saya pikir tidak akan sampai melewati Mei, melainian awal Mei. Kami harus mencapai kesepakatan damai mungkin lebih awal. Saya bicara soal kemungkinan tanggalnya,” tutur Arestovich.
BACA JUGA :Para Pemimpin UE: “demokrasi Ukraina untuk demokrasi Eropa”
Kami berada di persimpangan jalan saat ini. Akan ada kesepakatan damai yang dicapai dengan sangat cepat, dalam satu atau dua pekan, dengan penarikan pasukan dan lainnya,” ia menambahkan.
Arestovich kabar soal warga Suriah yang dilibatkan Rusia dalam perang di Ukraina.
“Atau mungkin akan ada upaya (dari Rusia) dalam menyatukan sejumlah (kekuatan). Katakanlah dari orang-orang Suriah dalam (perang) ronde kedua. Namun ketika kami bisa menggilas mereka juga, kesepakatan (akan tercapai) pada pertengahan atau akhir April,” ucap Arestovich.
Ia juga telah memperhitungkan rencana gila Rusia untuk menerapkan wajib militer baru dengan satu bulan pelatihan.
Meski telah terjadi kesepakatan damai, Asterovich tak akan menepikan kemungkinan insiden-insiden kecil antara kedua negara selama satu tahun. Ukraina sendiri tetap bersikeras agar Rusia segera menarik mundur semua pasukannya dari wilayah mereka.
BACA JUGA :Keuangan Menyalakan Rusia Saat Perusahaan Asuransi Keluar,Saham London Terhenti
Desakan itu termasuk penarikan pasukan Rusia di dua wilayah Ukraina yang mendeklarasikan merdeka, Luhansk dan Donetsk.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menyatakan dukungan atas kemerdekaan Luhansk dan Donetsk. Sehari kemudian tepatnya pada 24 Februari, Putin mengumumkan agresi militer ke Ukraina yang ia sebut sebagai ‘operasi khusus’.